Jumat, 16 Mei 2014

MEMBANGUN SERVER BERBAGI DATA (FILE & PRINTER)

 A.SETTING IP ADDRESS DAN JARINGAN WIRELESS
.
Untuk mengkoneksikan kedua laptop ini, kita memanfaatkan fasilitas Wifi atau Wireless-nya, bukan menggunakan kabel karena gak praktis tentunya. Laptop A kita setting sebagai Access Point, atau istilah umumnya Pemancar. Sementara laptop B atau laptop lainnya jika ada, sebagai penerima. Model koneksi ini biasa disebut Ad-hoc Connection.
Tahap pertama kita melakukan setting pada Laptop A, dengan cara sebagai berikut:
  1. Pastikan fasilitas Wifi Laptop A dalam keadaan Enable atau On.
  2. Klik menu [Start] >> [Control Panel]
    .
    .
  3. Pada halaman Control Panel, klik [View network status and task].
    .

    .
  4. Pada jendela sebelah kiri, klik [Manage wireless networks].
    .

    .
  5. Pada jendela Manage wireless, klik [Add] untuk membuat jaringan wireless yang baru.
    .

    .
  6. Lalu pada jendela selanjutnya klik [Create an ad hoc network] >> [Next].
    .

    .
  7. Pada jendela berikutnya, isikan sebagai berikut:
    .
    1. Pada Network name : bebas anda menentukan nama network, pada contoh ini saya beri namaSharing
    2. Security type :  ada 3 opsi pilihan jenis keamanan jaringan, pada contoh ini saya pilih WEP
    3. Security key :  kode keamanan di sini saya ketikkan 12345. Jika anda menggunakan No authentication (Open) pada Security type, maka kode Security key tidak digunakan. Fungsi security key di sini untuk otentikasi bagi laptop lain yang ingin terhubung ke laptop anda.
Jika perlu anda beri tanda ceklist pada kotak [Save this network] untuk menyimpan jaringan Wifi yang sudah kita buat. Selanjutnya pilih tombol [Next] >> [Close] untuk menutup Setup jaringan Wifi yang sudah dibuat.
.
  1. Pada jendela Manage wireless yang masih terbuka, klik tombol [Back to Network and Sharing Center (ß)] yang terdapat di pojok kiri atas untuk kembali ke halaman sebelumnya.

    .
  2. Selanjutnya pada jendela sebelah kiri, klik [Change adapter settings] untuk mengatur mengkonfigurasi IP address.
  3. Berikutnya akan tampil jendel Network Connections. Klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
  4. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
  5. Selanjutnya isikan alamat IP address Wireless interfaces : 192.168.10.1 dan Subnet mask : 255.255.255.0, seperti pada gambar berikut ini, lalu pilih tombol [OK] >> [Close].

    Sampai di sini setting interface wireless pada Laptop A selesai dilakukan.
    .
  6. Selanjutnya tahap kedua, kita menyetting Laptop B. Tampilkan kembali jendela Network Connection seperti yang sudah dibahas pada langkah sebelumnya, lalu klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
  7. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
  8. Selanjutnya isikan alamat IP address 192.168.10.2. Ingat, tiga kelompok angka yang pertama harus sama antara Laptop A dengan Laptop B atau PC lainnya yaitu 192.168.10. Ketiga kelompok angka ini disebut Net ID. Sedangkan untuk angka terakhir tidak boleh sama, mulai dari 2 hingga 254. Yang penting jangan pakai angka 1, karena sudah digunakan oleh Laptop A, yaitu 192.168.10.1. Dalam contoh ini, alamat IP address pada Laptop B adalah 192.168.10.2. Setelah diisi, lalu pilih tombol [OK] >> [Close].
Sampai di sini setting IP address pada interface wireless Laptop B selesai dilakukan.

B. SHARING/BERBAGI DATA DAN KONEKSI KE JARINGAN WIRELESS
Sebelum data di-sharing dari Laptop A ke Laptop B, terlebih dahulu kita aktifkan fitur sharing dan atribut lainnya melalui fitur Advanced Sharing di Laptop A. Tujuannya agar data yang di-sharing dari Laptop A dapat diakses dari laptop lainnya.
  1. Buka kembali jendela Network and Sharing Center, seperti yang sudah dibahas pada langkah di atas, lalu pilih [Change advanced sharing] pada jendela sebelah kiri.
  2. Selanjutnya pada jendela Advanced sharing settings, buat konfigurasi seperti gambar berikut, kemudian akhiri dengan memilih tombol [Save changes].
  3. Sampai di sini tahap konfigurasi advanced sharing pada Laptop A selesai dilakukan. Selanjutnya kita sharing folder berisi file/data pada Laptop A sehingga nanti dapat diakses dari Laptop B. Persiapkan file yang akan disharing. Dalam contoh ini, saya akan mensharing folder bernama “Tutorial” yang ada di drive D. Pastikan folder yang akan disharing ini berisi file-file yang akan diakses dari Laptop B.
    .
  4. Buka Windows Explorer >> klik pada Drive Local Disk (D:) di sisi sebelah kiri >> klik kanan pada salah satu folder yang ada di sisi sebelah kanan, dalam contoh ini pada folder Tutorial >> [Share with] >> [Specific people…].
    .
  5. Pada jendela File Sharing yang muncul, klik dropdown kotak user dan pilih “Everyone” >> [Add] >> [Share] >> [Done].
  6. Tahap selanjutnya kita lakukan pada Laptop B. Laptop B ini akan mengakses jaringan Wifi yang sudah dibuat pada Laptop A sebelumnya. Dari jendela Network Connection, klik kanan interface [Wireless Network Connection] >> [Connect/Disconnect] >> klik tombol [Connect] pada nama jaringan Wifi yang tampak yaitu Sharing >> lalu ketikkan kode security angka 12345 di kotak Security key >> [OK]. Tunggu beberapa saat hingga muncul konfirmasi bahwa Laptop B telah terkoneksi ke jaringan Wifi dengan namaSharing.
  7. Setelah terhubung ke jaringan Wifi Sharing, maka di taksbar akan ditandai dengan perubahan bentuk ikon connection wireless seperti gambar berikut:
  8. Selanjutnya kita akses data yang sudah disharing oleh Laptop A. Caranya, klik menu [Start] di taksbar >> [All Programs] >> [Accessories] >> [Run]. Atau dengan cara lain, tekan tombol Windows pada keyboard bersama dengan tombol R (WINDOWS + R).
  9. Pada jendela Run, ketikkan \\192.168.10.1 di kotak Open. Angka 192.168.10.1 adalah alamat IP address Laptop A. Kemudian pilih tombol [OK].
  10. Selanjutnya akan ditampilkan jendela Windows Explorer Laptop A. Di sini akan tampak bahwa folderTutorial sudah dapat diakses dari Laptop B. Kita tinggal double klik folder ini untuk mengakses data di dalamnya, yang selanjutnya dapat kita copy ke Laptop B.
  11. Sampai di sini tahap transfer data dari Laptop A ke Laptop B melalui jaringan wireless selesai dilakukan. Namun jika Laptop B tidak dapat mengakses folder sharing dan ditampilkan pesan seperti gambar di bawah ini, maka hal ini biasanya disebabkan karena fasilitas firewall pada Laptop A masih aktif.

    .
  12. Untuk itu, non aktifkan terlebih dahulu firelwallnya. Caranya, dari jendela Network and Sharing Center, klik [Windows Firewall] yang terdapat di sisi sebelah kiri paling bawah.
  13. Pada jendela Windows Firewall, klik [Turn Windows Firewall on or off] yang terdapat di sisi sebelah kiri.
  14. Pada jendela Cutomize Settings, pilih opsi [Turn of Windows Firewall (not recommended)] pada bagianHome or work dan Public network location settings >> [OK]. Jika nanti sudah bisa diakses data dari Laptop B, anda boleh kembali mengaktifkan firewall ini dengan memilih kedua opsi [Turn on Windows Firewall].
  15. Setelah dinonaktifkan firewallnya, lakukan kembali seperti langkah (B.9) seperti di atas untuk mengakses folder yang sudah di-sharing.
    .
.
C. SHARING (BERBAGI) PRINTER

  1. Tahap berikutnya, kita akan share printer yang ada pada Laptop A agar bisa diakses dari Laptop B yang telah terhubung ke jaringan wifi. Kita asumsikan bahwa printer telah terpasang dan terinstall di Laptop A. Dari Laptop A, pilih menu [Start] >> [Device and Printers].
  2. Pada jendela Device and Printers, klik kanan jenis printer yang telah diinstall pada Laptop A. Di sini saya menggunakan printer Canon iP2700 series. Klik kanan pada [Canon iP2700 series (Copy 6)] seperti pada gambar, lalu pilih [Printer Properties].
  3. Pada jendela Printer Properties, klik tab [Sharing] >> beri ceklist pada kotak Share this printer >> ketik nama printer share di kotak Share name atau biarkan default >> [Apply] >> [OK].
  4. Sekarang kita akses dari Laptop B. Untuk mengakses printer yang telah di-sharing oleh Laptop A, klik menu [Start] di taksbar >> [All Programs] >> [Accessories] >> [Run]. Atau dengan cara lain, tekan tombol Windows pada keyboard bersama dengan tombol R (WINDOWS + R).
  5. Pada jendela Run, kembali ketikkan \\192.168.10.1 di kotak Open. Angka 192.168.10.1 adalah alamat IP address yang terdapat pada Laptop A. Kemudian pilih tombol [OK].
  6. Selanjutnya akan ditampilkan jendela Windows Explorer pada Laptop A. Di sini akan kita lihat kembali folder Tutorial dan jenis printer yang sudah dapat diakses. Untuk mengaktifkan printer, klik kanan pada printer Canon iP2700 series >> lalu pilih [Connect] dan [Open].
  7. Untuk menggunaannya dari Laptop B, maka pada kotak dialog print saat mencetak dokumen pilihlah jenis printer ini di bagian Name printer. Biasanya ditandai dengan angka IP address di belakang nama printer.
D. SHARING (BERBAGI) KONEKSI INTERNET
Tahap selanjutnya, kita akan mensharing koneksi internet dari Laptop A ke Laptop B. Jadi, asumsinya di sini, Laptop A telah terhubung ke internet melalui modem atau NIC (Network Interface Card). Dalam contoh ini, Laptop A telah terhubung melalui Modem USB. Di sini, modem telah terinstall dan telah dikonesikan ke internet.
  1. Untuk berbagi koneksi internet ini, maka dari Laptop A tampilkan kembali jendela Network Connectionseperti gambar berikut ini. Lalu klik kanan pada interface yang terhubung ke internet, dalam contoh ini adalah Wireless Terminal (EVDO Rev A USB Modem). Mungkin akan berbeda pada laptop anda, tergantung jenis modem anda tentunya.
  2. Pada jendela Wireless Terminal Properties yang muncul, klik tab [Sharing] >> beri ceklist kotak Allow other network users to connect through this computer’s Internet Connection >> [OK]. Lalu pada bagian Home networking connection, pilih [Wireless Network Connection] >> [OK] >> [Yes] >> [OK].
  3. Selanjutnya kita cek konfigurasi IP address pada interface wireless Laptop A. Tampilkan kembali jendelaNetwork Connection seperti yang sudah dibahas pada langkah sebelumnya, lalu klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
  4. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
  5. Selanjutnya perhatikan bahwa IP address pada interface wireless Laptop A sudah berubah menjadi 192.168.137.1. Jika sudah demikian, berarti sharing internet modem sudah berjalan baik. Selanjutnya pilih [OK].
  6. Sekarang kita setting IP address pada Laptop B. Buka jendela Network Connection pada Laptop B, lalu klik kanan pada interface [Wireless Network Connection] >> [Properties].
  7. Pada jendela selanjutnya pilih tab [Networking] >> [Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4) >> [Properties].
  8. Selanjutnya pada kotak dialog Internet Protocol Version 4 (TCP/Ipv4), pilih opsi [Obtain an IP address automatically] dan opsi [Obtain DNS server address automatically]. Selanjutnya pilih [OK] >> [OK].
  9. Jika Laptob B sudah terkoneksi ke internet via modem Laptop A, maka ikon wireless pada taskbar di Laptop A dan B akan berubah seperti tampilan gambar berkut.
  10. Selanjutnya dari Laptop B sudah dapat searching ke internet karena sudah mendapat sharing akses internet dari Laptop A.
Dalam netwoking, pengalamatan IP merupakan hal yang sangat penting karena pengalamatan ini merupakan pengidentifikasian suatu mesin pada jaringan sehingga memiliki identitas yang unik. Untuk tulisan kali ini saya hanya membahas IPv4 (IP vesrsion 4) Pengalamatan IP merupakan pengalamatan untuk jaringan untuk layer 3 pada OSI model.
Alamat IPv4 terdiri dari 32 bit dan ditulis dalam bentuk dotted-decimal. Dotted-decimal adalah penulisan dengan menggunakan “.” (titik/dot) sebagai pemisah antara bagian yang satu dengan lainnya, misal 192.168.10.15. Tiap bagian terdiri dari 1 byte (8 bit) dan disebut dengan octet.

Pada ipv4 ini, alamat 32 bit ini dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu “Alamat Network” (Network portion) dan “Alamat Host” (Host portion). Network portion merupakan identitas dari sekumpulan host dimana hanya yang memeiliki alamat pada host portion yang sama saja host-host dapat saling berkomunikasi. Sedangkan host portion merupakan identitas unik yang dimiliki sebuah mesin yang merupakan identitas dirinya.
Pada IPv4 terdapat kelas-kelas, yaitu:
  • Kelas A, dengan komposisi network.host.host.host, sehingga range alamat yang dimiliki dari 0.0.0.0 sampai 127.255.255.255
  • Kelas B, dengan komposisi network.network.host.host, sehingga range alamat yang dimiliki dari 128.0.0.0 sampai 191.255.255.255
  • Kelas C, dengan komposisi network.network.network.host, sehingga range alamat yang dimiliki dari 192.0.0.0 sampai 223.255.255.255
  • Kelas D, digunakan untuk alamat multcast, range yang digunakan adalah 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255
  • Kelas E, digunakan untuk riset, range yang digunakan adalah 240.0.0.0 sampai 255.255.255.255
Dalam penggunaannya, IPv4 dibagi menjadi 2, yaitu:
  1. IP Public, yaitu IP yang depat dilewatkan pada jaringan Internet, sifatnya terbatas dan tidak dapat diduplikasi (bersidat unik).
  2. IP Private, yaitu IP yang tidak dapat dilewatkan papa jaringan Internet (hanya bekerja pada jaringan ‘lokal’). IP Private dapat diduplikasi namun harus dalam jaringan yang berbeda.
    Range IP Private:
    • Kelas A: 10.0.0.0 – 10.255.255.255 atau 10.0.0.0/8
      memiliki 1 network
    • Kelas B: 172.16.0.0 – 172.31.255.255 atau 172.16.0.0/12
      memiliki 16 network
    • Kelas C: 192.168.0.0 – 192.168.255.255 atau 182.168.0.0/16
      memiliki 256 network
Pengalamatan IP memiliki batasan-batasan, karena selain harus menggunakan nilai yang unik, ada beberapa alamat IP yang tidak dapat digunakan karena telah di-assign untuk tujuan tertentu. Alamat-alamat itu antara lain:
  • Alamat 127.0.0.1, digunakan untuk local host (loopback)
  • Alamat dengan ’0′ semua pada host portion, meruakan network ID
  • Alamat dengan ’1′ semua pada host portion, merupakan alamat untuk broadcast dalam satu jaringan
  • Alamat dengan ’1′ semua, merupakan alamat broadcast

 Kerusakan master boot record atau tabel partisi

Hard disk terdiri atas MBR (Master Boot Record), tabel partisi lalu diikuti oleh partisi-partisi sejumlah yang dibuat oleh user. Kerusakan pada MBR dan/atau tabel partisi bisa menyebabkan sistem operasi tidak bisa di-boot atau satu atau lebih partisi terlihat seperti hilang. Hal ini hanya “kelihatannya” karena sebenarnya par­tisi dan data di dalamnya masih ada. Penyebab kerusakan MBR bisa bermacam-macam. Misalnya, saat Anda meng-­install Windows setelah Anda meng-ins­tall Linux, sehingga sistem Windows saja yang bisa di-boot. Contoh lainnya  bisa juga saat Anda melakukan suatu kecerobohan saat menjalankan perintah:

# dd if=/dev/zero of=/dev/sda bs=1 count=512
Perintah di atas akan melakukan penulisan angka 0 (nol) sebanyak 512 byte mulai dari sektor pertama hard disk kita. Ini adalah lokasi tempat MBR dan tabel partisi diletakkan. Secara visual, pesan kesalahan yang mungkin muncul di layar monitor akibat permasalahan semacam ini adalah sebagai berikut.

FATAL: No bootable device

Untuk mengatasi masalah tersebut, masukkan CD System Rescue ke drive CD/DVD. Tekan [Enter] saat muncul layar pembuka agar System Rescue bisa memulai proses booting seperti layaknya sistem Linux pada umumnya. Begitu tampil prompt, bersiaplah memulai proses pe­nyelamatan. Pertama, kita jalankan program Testdisk untuk mengembalikan tabel partisi. Ketik pada prompt: (catatan: prompt pada System Rescue CD menggunakan tanda “%”)
root@sysresccd /root % testdisk
Akan nampak tiga pilihan, yaitu Crea­te, Append, dan No Log. Opsi Create dipilih untuk menciptakan file log baru. File ini sebenarnya berisi catatan prosedur-prosedur yang dilaksanakan selama proses recovery partisi.
Pada layar berikutnya akan ditanyakan nama device hard disk yang akan dianalisis. Dalam hal ini, penulis memilih /dev/sda karena targetnya adalah hard disk primary master. Apabila Anda memiliki lebih dari satu hard disk, pastikan terlebih dahulu nama hard disk yang dipilih benar yang ingin di-recover. Hal ini bisa dicek sebelumnya di shell misalnya dengan pe­rintah:
Siap digunakan saat booting Beberapa fungsi dalam System Rescue CD bisa langsung Anda jalankan, saat sistem Linux masuk salah satu tahapan booting.
% dmesg| grep -C 2 ‘[sh]d[a-z]’

scsi 0:0:0:0: Direct-Access     ATA      QEMU HARDDISK
0.10 PQ: 0 ANSI: 5
sd 0:0:0:0: [sda] 10485760 512-byte logical blocks: (5.36
GB/5.00 GiB)
Dari output di atas jelas terlihat bahwa ada satu hard disk  (sda) berukuran 5 GB. Setelah Anda memilih nama device dan menekan [Enter], layar berikutnya akan menampilkan informasi jumlah sektor yang terdeteksi. Pilih Continue karena layar ini sekadar informasi saja.
Pada layar berikutnya, Anda akan ditanyakan mengenai jenis format partisi. Kebanyakan dari kita menggunakan sistem IBM PC Compatible. Jadi, pilihlah Intel. Namun, jika Anda menggunakan format lain, misalnya hard disk Mac, Anda perlu memilih tipe yang sesuai. Tekan [Enter] untuk menuju layar berikutnya.
Sekarang Anda bisa memulai tahap recovery sebenarnya. Pilih Analyse lalu tekan [Enter]. Layar berikutnya akan menampilkan daftar partisi yang ditemukan. Tentu saja saat ini masih kosong. Pilih menu Quick Search dan tekan [Enter] sekali lagi. Akan muncul dialog yang menanyakan apakah Anda akan memperbaiki partisi yang dibuat oleh Windows Vista. Apabila memang ada partisi yang ada buat lewat Vista, jawab  dengan Y. Untuk ilustrasi, penulis memilih N karena dianggap semua partisi dibuat oleh sistem Linux.
Proses deteksi akan dimulai dan hasilnya adalah seperti berikut ini.
Disk /dev/sda – 5368 MB / 5120 MiB – CHS 652  255  63
Partition  Start End Size in sectors
* Linux           0        1    1  318 254 63 5124672 [/]
Linux Swap      319      0    1  383 254 63 1044225
Linux LVM       384      0    1  416 254 63 530145
Linux LVM       417      1    1  449 254 63 530082
Linux LVM       450      1    1  482 254 63 530082
Luangkan waktu beberapa saat untuk mengecek temuan Testdisk. Pilih tiap-tiap partisi yang ditemukan, lalu lihat keterang­an di baris terbawah layar. Di sana akan terlihat format file system (jika sudah diformat) beserta ukurannya. Contohnya, untuk partisi pertama didapatkan informasi:
EXT3 Large file Sparse superblock, 2623 MB / 2502 MiB
Masih kurang yakin? Anda bisa melihat file-file apa saja yang tersimpan di dalam partisi tersebut. Sorot partisi yang diinginkan dan tekan [P]. Kini Anda bisa melihat struktur file dan direktori di da­lamnya. Setelah selesai, tekan [q] dan Anda akan kembali ke layar daftar partisi.
Setelah Anda yakin semua partisi telah ditemukan, tekan [Enter]. Layar berikutnya akan menanyakan apakah akan dilakukan pencarian lebih teliti lewat Deep­er Search atau langsung menuliskan daftar partisi ke hard disk. Di sini diasumsikan penulisan langsung dilakukan ke hard disk, sehingga dipilih Write. Pada layar konfirmasi, tekan [Y] dan penulisan akan dilakukan. Akan muncul pesan yang meminta Anda melakukan reboot komputer. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan BIOS dan sistem operasi Anda membaca tabel partisi yang tadi baru saja ditulis.
Kembali ke menu utama, pilih Quit. Lakukan reboot lewat prompt shell de­ngan mengetik:
% reboot
Keluarkan CD System Rescue dan biarkan hard disk di-booting. Bagaimana hasilnya? Mungkin saja tidak tampak tampilan menu bootloader, seperti GRUB atau LILO, dan sistem masih belum bisa di-boot. Jadi, apa yang kurang?
Program Testdisk hanya mengembalikan tabel partisi yang terhapus, tetapi tidak mengembalikan instalasi bootloader seperti sedia kala. Untuk itu, kali ini kita perlu menuliskan program loader kembali ke MBR. Ada beberapa cara, dan kali ini akan dibahas salah satunya yang relatif praktis. Booting kembali System Rescue Linux dan prompt awal, ketik perintah grubdisk. Akan muncul pilihan awal kurang lebih seperti ini:
Boot Ubuntu Gnu/Linux
AUTO MAGIC BOOT
Pilih Auto Magic Boot. Program akan mendeteksi daftar sistem operasi yang bisa di-booting. Pada kasus penulis, layar akan menampilkan:
Boot Ubuntu Gnu/Linux
AUTO MAGIC BOOT
Linux 2.6.18-128.el5
Linux 2.6.18-128.el5 (single-user mode)
Other OS
Ini sudah sesuai dengan entry yang penulis harapkan. Hasil yang Anda dapatkan tentunya bisa berbeda. Di sini, penulis memilih Linux 2.6.18-128.el5 dan menekan [Enter] untuk masuk ke sistem Cent­OS. Apabila tidak ada masalah, booting akan berjalan normal sampai dengan muncul layar login, entah itu di mode teks atau grafis. Masukkan user dan password dari root. Dari prompt, ketik:
Gagal booting Pesan seperti ini bisa menandakan bahwa Master Boot Record mengalami kerusakan.
# grub-install /dev/hda
Apabila tidak ada masalah, akan tampil lapor­an seperti berikut ini.
Installation finished. No error reported.
This is the contents of the device map /boot/grub/device.
map. Check if this is correct or not. If any of the lines
is incorrect, fix it and re-run the script ‘grub-install’.
# this device map was generated by anaconda
(hd0)     /dev/hda
Kali ini digunakan nama device hda karena CentOS mendeteksi hard disk dengan nama berbeda. Untuk mengetahuinya, gunakan perintah dmesg sama seperti saat kita menentukan nama hard disk yang menjadi target operasi Testdisk.
Sekarang Anda tinggal me-reboot komputer sekali lagi. Pastikan booting dilakukan dari hard disk…dan sim salabim!. Menu GRUB telah kembali dan Linux kembali bisa dibooting dengan normal!
Kegagalan mount akibat kerusakan superblock
Biasanya kegagalan seperti ini tidak terlalu jelas. Misalnya, Anda melakukan operasi mount, bisa muncul output seperti berikut ini.
# mount -v /dev/sda1 /mnt/disk
mount: you didn’t specify a filesystem type for /dev/
sda1
I will try all types mentioned in /etc/filesystems or
/proc/filesystems
Trying #
Trying #vfat
Trying fuseblk
mount: you must specify the filesystem type
Atau jika partisi yang dimaksud adalah partisi yang ditempati oleh file-file bootloader (GRUB dalam hal ini), bisa jadi Anda mendapat pesan saat booting seperti berikut ini.
Booting from Hard Disk…
GRUB Loading stage1.5.
GRUB loading, please wait…
Error 17
Ini adalah tanda-tanda adanya ketidakberesan pada struktur filesystem. Kenapa ini bisa terjadi? Superblock adalah sektor-sektor pada suatu disk yang berisi informasi mengenai suatu partisi, misalnya kapan terakhir kali partisi di-mount, jumlah inode, keterangan lokasi data, dan seterusnya. Superblock juga merupakan area yang dibaca oleh program “mount” saat proses mounting. Jadi, jika terjadi corrupt pada sebagian atau keseluruhan isi superblock, bisa ditebak proses mount akan gagal. Alhasil, keseluruhan filesystem gagal diakses. Untuk meyakinkan akar masalah, boot System Rescue CD dan lakukan pe­ngecekan dengan perintah fsck:
% fsck -p /dev/sda1
fsck from util-linux-ng 2.16.1
fsck.ext2: Bad magic number in super-block while trying
to open /dev/sda1
/dev/sda1:
The superblock could not be read or does not describe
a correct ext2
filesystem.  If the device is valid and it really contains
an ext2
filesystem (and not swap or ufs or something else), then
the superblock
is corrupt, and you might try running e2fsck with an
alternate superblock:
e2fsck -b 8193 <device>
Adanya pesan di atas membuktikan bahwa ada suatu masalah di superblock. Jalankan ulang perintah fsck seperti berikut untuk mencoba membenahinya:
% fsck.ext3 -b 8193 /dev/sda1
e2fsck 1.41.9 (22-Aug-2009)
fsck.ext3: Bad magic number in super-block while trying
to open /dev/sda1
Gagal lagi! Penyebabnya sangat dimungkinkan karena kita salah memberikan posisi superblock cadangan lewat parameter -b. Sebagai catatan, file system seperti ext3 menyimpan beberapa superblock cadangan pada posisi sektor-sektor tertentu. Sekarang tugas kita adalah mencoba mencarinya.
% mkfs.ext3 -j -n /dev/sda1
mke2fs 1.41.9 (22-Aug-2009)
Filesystem label=
OS type: Linux
Block size=4096 (log=2)
Fragment size=4096 (log=2)
160320 inodes, 640584 blocks
32029 blocks (5.00%) reserved for the super user
First data block=0
Maximum filesystem blocks=658505728
20 block groups
32768 blocks per group, 32768 fragments per group
8016 inodes per group
Superblock backups stored on blocks:
32768, 98304, 163840, 229376, 294912
Opsi -n mengatur agar perintah mkfs melakukan simulasi, jika seandainya terjadi operasi format yang sebenarnya. De­ngan demikian, Anda tidak perlu khawatir data akan hilang (tentu saja, jangan lupa menuliskan opsi -n). Angka yang dicetak tebal adalah posisi sektor yang kita cari. Kita lakukan sekali lagi fsck:
% fsck.ext3 -b 32768 -p /dev/sda1
Opsi -p dipakai agar fsck melakukan perbaikan secara otomatis tanpa banyak menanyakan konfirmasi ke user. Akan muncul rentetan output semacam ini:
/: Inode 546969, i_blocks is 576, should be 568.  FIXED.
/: Inode 546971, i_blocks is 1280, should be 1272.
FIXED.
/: Inode 546974, i_blocks is 1792, should be 1784
.  FIXED.
Dan kemungkinan diakhiri dengan:
/: UNEXPECTED INCONSISTENCY; RUN fsck MANUALLY.
(i.e., without -a or -p options)
Kita ulangi sekali lagi perintah fsck, tetapi tanpa parameter apapun:
% fsck /dev/sda1
Jika Anda menghadapi banyak pertanyaan yang menuntut Anda mengetik y (setuju), Anda bisa mempercepat proses dengan menekan [Ctrl]+[C] untuk menghentikan proses cek. Lalu, gu­nakan opsi -y pada perintah fsck agar semua pertanyaan langsung disertakan dengan ‘y’.
Recover tabel partisi dengan testdisk Partisi hard disk hilang? Program Testdisk mungkin dapat menemukannya (menyelamatkannya) kembali.

Recovery data pada bad sector

Hard disk yang sudah berumur atau memiliki cacat dari pabrik, lambat laun akan memiliki bad sector (sektor rusak). Secara singkat, bad sector bisa diibaratkan lubang pada jalan raya. Hal ini mengakibatkan penyimpanan data menjadi tidak sempurna atau kadang data menjadi tidak bisa diakses sama sekali. Dalam ke­adaan ini, Anda punya beberapa alternatif tindakan, tetapi biasanya yang paling banyak disarankan adalah melakukan penduplikasian data ke hard disk berbeda atau media penyimpanan lain secepatnya.
Mengapa demikian? Ada dua alasan:
->Apabila kita menyalin ke disk yang sama (sekalipun beda partisi), dikhawatirkan akan muncul bad sector juga cepat atau lambat. Dengan kata lain, hard disk yang memiliki suatu bad sector dianggap potensial untuk memiliki kasus serupa di sektor yang lain.
->Tidak ada jaminan bahwa proses perbaikan bad sector akan berjalan 100% tanpa kesalahan. Bisa saja selama perbaikan, data justru menjadi makin tidak terselamatkan. Dengan begitu, Anda bisa saja kehilangan data lebih banyak.
Penulis menyarankan untuk menyiapkan hard disk baru dengan ruang kosong minimal sama dengan besarnya partisi yang akan diselamatkan datanya. Pasang hard disk ini pada sambungan kabel IDE atau SATA yang kosong, atau bisa juga diset sebagai slave. Usahakan melakukan pe­masangan komponen komputer dengan meminimalkan listrik statis, misalnya dengan menggunakan gelang antilistrik statis.
Setelah hard disk kedua terpasang, boot System Rescue Linux hingga prompt muncul. Kita anggap di sini partisi yang bermasalah adalah /dev/sda1, sementara backup dilakukan pada /dev/sdb1 yang kita mount sebagai /mnt/backup. Program yang akan kita pakai adalah perintah ddrescue seperti berikut ini.
% mount /dev/sdb1 /mnt/backup
% ddrescue -S -d /dev/sda1 /mnt/backup/backup.img
Press Ctrl-C to interrupt
rescued:     2623 MB,  errsize:       0 B,  current rate
:   29491 kB/s
ipos:     2623 MB,   errors:       0,    average rate:
14557 kB/s
opos:     2623 MB,     time from last successful read:
0 s
Finished
Di sini digunakan dua opsi:
-S untuk menghasilkan sparse file, yaitu suatu file yang memiliki “lubang”. Dengan cara ini, ukuran file sebenarnya bisa lebih kecil dari ukuran partisi yang diselamatkan karena data ditulis hanya sebesar data yang diselamatkan.
-d untuk melakukan pembacaan secara direct access. Apa maksudnya? Pembacaan data akan dilakukan dengan mengabaikan beberapa mekanisme tertentu di filesystem, khususnya caching. Hasilnya pembacaan relatif selesai lebih cepat dan data yang dibaca bisa digaransi langsung berasal dari fisik disk.
Hasilnya adalah suatu file image yang berisi data-data Anda. Ini bisa dibuktikan dari perintah file:
% file /mnt/backup/backup.img
/mnt/backup/backup.img: Linux rev 1.0 ext3 filesystem
data (large files)
Tipe filesystem tentunya akan sesuai dengan format yang Anda pakai, jadi bisa saja ini berupa reiserfs, XFS, FAT32 dan seterusnya. File ini lalu bisa Anda mount untuk mengakses data-data di dalamnya:
% mkdir /mnt/test
% mount -o loop /mnt/backup/backup.img /mnt/test
Mungkin tidak semua file bisa terbaca dengan baik di dalam direktori /mnt/test. Ini adalah risiko, tetapi ini lebih baik daripada data tidak bisa dibaca sama sekali.
Terakhir, kita coba perbaiki disk kita yang berisi bad sector:
% fsck -cc -k /dev/sda1
Pengecekan pada dasarnya dilakukan de­ngan melakukan proses baca tulis (opsi -cc) tanpa merusak data yang ada. Opsi -k akan mengatur perintah fsck melakukan update daftar bad sector (jika ada) di meta­data file system. Hal ini akan mencegah penulisan data di masa depan pada sektor yang sama. Namun, jika bad sektor sudah sedemikian banyaknya, disarankan untuk tidak lagi memakai disk tersebut

http://ragungherditia.blogspot.com/2014/05/jenis-jenis-krusakan-saat-instalasi.html

Persamaan dan Perbedaan Fungsi antara Repeater, Hub dan Switch, Bridge, Router, dan Gateway


Buat teman-teman yang ingin belajar jaringan komputer maka salah satu basicnya adalah mengetahui mengenai apa itu repeater, hub, switch, bridge, router dan gateway, apa persamaan dan perbedaannya. Artikel ini juga merupakan tugas kuliah dulu, semoga bermanfaat.

1. Repeater

Repeater adalah perangkat keras yang memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kembali sinyal listrik dari :
• Pembentukan kembali gelombang
• Penguatan gelombang
• Pewaktuan kembali sinyal

Tujuan digunakannya Repeater

Tujuannya adalah untuk memperluas atau meningkatkan segmen dari LAN melebihi batas kemampuan fisiknya yang biasa didefinisikan dengan nama Physical Layer’s Standard (contohnya Ethernet dengan 500 m dari 10Base5). Segmen LAN adalah jalur logika mirip seperti bus logika yang digunakan oleh semua tipe Ethernet 802.3.
Biasanya repeater digunakan untuk menghubungkan 2 gedung yang berdekatan yang terlalu jauh jika ingin memperluas segmennya. Dia juga dapat digunakan untuk menghubungkan floor dari sebuah bangunan yang melebihi panjang maksimum segmen yang diizinkan.

Karakteristik Repeater Segmen ke Segmen

Repeater bukanlah jaringan “de-segment”. Semua jalur yang nampak pada salah satu sisi dari repeater juga tampak pada kedua sisinya. Repeater hanya menangani karakteristik fisik dan elektrik dari suatu sinyal. Repeater hanya dapat bekerja pada Physical Layer yang sama tipenya. Seperti : Ethernet ke Ethernet, Token Ring ke Token Ring. Dia juga dapat menghubungkan 10Base5 ke 10BaseT sebab keduanya sama-sama menggunakan layer 802.3 MAC.

Pengalamatan Repeater : Lapisan MAC dan Segmen Jaringan

Alamat dari lapisan MAC digunakan untuk mengenali kartu jaringan pada jaringan. Repeater bersifat transparan pada keduanya sisi dari segmen dn pada kedua sisi dapat dilihat semua alamat pada MAC. Hal ini berarti jalur traffic apapun pada floor 1 dapat terlihat pada floor 5 dan sebaliknya.
Repeater tidak memberikan isolasi di antara segmen-segmen, sehingga hanya ada satu daerah tabrakan. Ketika menggunakan repeater harus dipastikan bahwa waktu tunda propagasi keseluruhan tidak melebihi lapisan fisik standar yang sedang digunakan. Anda dapat memparalel segmen dengan menggunakan multiport repeater. Multiport repeater mempunyai beberapa input dan output. Dan perlu diingat bahwa semua floor mempunyai nomor segmen yang sama. Dan tidak dibolehkan untuk membuat sebuah loop di antara 2 segmen dengan menggunakan dua buah repeater.

2. Hubs dan Switch

Hub disebut juga sebagai Multiport Repeater atau Concentrators. Beberapa hub ada yang tidak memakai microprosessor. Sedangkan Hub yang Inteligent (pintar, yang memakai Mikroprosessor) dapat mengadakan diagnosa dasar dan mengadakan test node untuk melihat apakah mereka terhubung dengan benar. Jika tidak maka Smart Hub atau Intelligent Hub akan menghilangkan titik atau node tersebut dari jaringan. Beberapa Smart Hub dapa dipoll dan diatur secara terpisah.

 Tujuan digunakannya Hub

Hub digunakan untuk memberikan Topologi Bintang Fisik (Physical Star Topology) . Topologi Logika adalah topologi yang tergantung pada Medium Access Control Protocol. Kemudian di tengah-tengah dari bintang adalah Hub dengan node-node jaringan pada pinggir bintang
keuntungan dari topologi ini adalah lebih mudah untuk memelihara dan mengatasi masalah pada jaringan yang besar. Anda dapat dengan mudah mengubah suatu workstation menjadi star topology dengan mengubah koneksi dari hub di bagian pusat dari pengkabelan
Kerugian dari Star Topology adalah :
• Kegagalan dari Hub dapat mengagalkan bagian utama dari jaringan.
• Star Topology membutuhkan pengkabelan lebih banyak dibandingkan dengan Bus Topology atay Ring Topology, karen semua stasiun harus dihubungkan ke hub, bukan ke stasiun berikutnya.

Karakteristik Hub Segmen ke Segmen

Untuk dapat memahami karakteristik Hub segmen ke segmen yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan bagaimana cara merekan beroperasi. Secara logika merekan seperti Topologi Bus dan secara fisik seperti Topologi Bintang.

Jaringan Hub secara Cascade

Mengkaskade Hub berarti menghubungkan Hub secara bersama-sama dengan menggunakan port RJ45. satu Hub Master (Level 1) dihubungkan dengan banyak level 2 (Slave) yang merupakan master hari Level 3 (Hub). Jumlah maksimum stasiun Hub pada jaringan ini terbatas sampai 128.

Jaringan Backbone (Tulang Punggung)

Pada jaringan Backbone, tidak ada Master Hub. Pada Level 1 Hub dihubungkan denga melalui port AUI ke Coax Backbone. Untuk Coax yang tipis lebih dari 30 hub dapat dihubungkan secara bersama. Kemudian untuk kabel koaksial (Coax) yang tebal lebih dari 100 hub dapat dihubungkan secara bersama. Dengan model ini lebih dari 1024 stasiun Hub dapat dibuat pada jaringan.

Pengalamatan Hub

Karena Hub tersusun dari banyak repeater dalam satu kotak, maka sembarang jalur network di antara nodenya dapat disambung untuk jaringan tersebut.

Half-Duplex & Full-Duplex Ethernet Hubs

Full-Duplex Ethernet Hub adalah Hub yang dapat digunakan untuk komunikasi 2 arah antara Hub-Hub dengan bandwith ganda dari 10 Mbps sampai 20 Mbps. Sedangkan Half-Duplex Hub hanya dapat digunakan untuk komunikasi satu arah dengan bandwith setengah dari bandwith untuk Hub Full-Duplex.

Penyakelaran Hub

Penyakelaran Hub yakni Hub dapat langsung mengganti port antara yang satu dengan yang lain. Cara kerjanya mirip dengan Hub untuk Full-Duplex. Dan memiliki bandwith 10 Mbps per saluran untuk tiap port

Fungsi Switch

Switch memiliki fungsi yang hampir sama dengan Hub yakni untuk menghubungkan komputer-komputer dalam jaringan atau antar jaringan lokal tersebut dengan jaringan yang lebih besar lagi seperti Internet.

Cara Kerja Switch

Cara kerja switch mirip juga dengan cara kerja Hub hanya saja switch biasanya sudah dilengkapi dengan Mikroprosessor sehingga ia lebih pintar dibandingkan dengan Hub. Selain itu Switch juga memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Hub dan juga bandwidth yang lebih tinggi. Namun harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan Hub.

3. Bridges

Bridge adalah perangkat yang terdiri atas hardware dan software. Dia dapat berdiri sendiri (tidak terpasang ke komputer).

Tujuan digunakannya Bridge

• Untuk mengisolasi jaringan dengan alamat MAC
• Untuk mengatur lalu lintas jaringan dengan pemfilteran paket.
• Untuk menerjemahkan dari satu protokol ke protokol yang lain.

Karakteristik Bridge Segmen ke Segmen

Ada dua tipe bridge yakni Local Bridge dan Remote Bridge.
Local Bridge digunakan untuk jaringan lokal yang terpisah. Dimana 2 segmen tersebut secara fisik cukup dekat seperti : di dalam gedung yang sama, dan sebagainya.
Remote Bridge, biasa digunakan secara berpasangan dan jaringan secara sedikit terpisah namun bukan jaringan lokal. 2 segmen biasanya terletak cukup jauh misalnya dalam gedung yang berbeda, floor yang berbeda dan sebagainya. Remote bridge adalah setengah dari bridge biasa dan dapat menggunakan beberapa media komunikasi yang berbeda.

  Metodologi Bridge

Ada 3 metodologi bridge yang utama yang digunakan untuk menghubungkan LAN yakni :
• Transparant Bridges
• Spanning Tree Protocol
• Souce Routing
Transparant Bridges biasanya dibangun untuk membantuk koneksi dari jaringan Ethernet. Spanning Tree Protocol biasanya dibangun untuk meningkatkan kemampuan dari Transparant Bridges. Source Routing Bridges biasanya digunakan oleh Token Ring. Source Routing Bridges membutuhkan pemahaman konsep dari Token Ring.

Alasan Digunakannya Bridge

Ada 4 alasan mengapa digunakan Bridge yaitu :
1. Keamanan : Lindungi atau hentikan jaringan dari mengirimkan data yang sensitif.
2. Bandwith : mengurangi lalu lintas dengan segmentasi
3. Reliability : jika satu segmen jatuh atau gagal, maka dia tidak akan menganggu kinerja keseluruhan jaringan.
4. Translasi : Mentranslasikan Data Link Protokol yang berbeda seperti dari Token Ring ke Ethernet.

Pengalamatan Bridge

Bridge bekerja pada Data Link Layer dan mengenali Alamat MAC. Spanning Tree Protocol menambahkan sebuah Bridge Protocol Data Unit (DPDU) untuk Bridge untuk komunikasi Bridge. Source Route Bridge dan Token Ring menyediakan Komunikasi Data Link Layer khusus .

4. Routers

Router adalah perangkat yang berupa hardware dan software. Dia dapat dipasang pada collapsed backbone, juga sebagai perangkat yang berdiri sendiri (rack mount atau dekstop) atau software yang dapat berjalan sebagai server file dengan 2 NIC.

Tujuan dipakainya Router

Tujuan dipakainya Router adalah untuk menghubungkan titik-titik yang melewati sebuah internetwork tanpa memperhatikan dari lapisan fisik dan protokol Data Link Layer yang digunakan. Router dapat mengetahui jenis protokol Network Layer yang digunakan seperti : Novell’s IPX, Unix’s IP, XNS, Apples DDP, dan sebagainya. Tetapi dia tidak dapat mengenali beberapa tipe media atau frame yang digunakan seperti Ethernet, Token Ring, FDDI, X.25 dan sebagainya.

 Pengalamatan Router

Router mengkombinasikan Nomor Network dan Alamat Node untuk membuat alamat sumber dan destinasi dalam jalur Network Layer PDU dapat melewati jaringan. Router harus mengetahui nama dari segmen yang akan dilewati dan juga nama segmen atau nomornya yang akan dari PDU. Dia juga harus mengetahui alamat Node yakni : alamat MAC untuk Novell dan alamat IP untuk TCP/IP.

5. Gateways

Definisi dari Gateways adalah perangkat yang terdiri dari hardware dan software yang digunakan untuk menghubungkan LAN dan WAN dengan komputer mainframe seperti DECnet dan IBM’s SNA. Router yang sering digunakan untuk menghubungkan LAN ke Interner dinamakan dengan gateway. Dia memiliki kemampuan tambahan untuk menghubungkan dan memfilter lapisan protokol yang lebih tinggi (layer 4 dan di atasnya) ke perangkat khusus seperti server web, server FTP, dan server e-mail.

Gateway’s OSI Operating Layer

Gateway beroperasi di lapisan Transport dan di atasnya. Dia berfungsi untuk menerjemahkan setiap lapisan sumber dari protokol ke lapisan protokol yang dituju dengan tepat.

 Pengalamatan Gateway

Pengalamatan Gateway tergantung dari jenis lapisan OSI yang akan diterjemahkan. Dan ini bisa semua dari lapisan.

PENCARIAN KESALAHAN PADA HASIL INSTALLASI SISTEM OPERASI OPEN SOURCE

Ubuntu adalah salah satu distribusi Linux yang cukup terkenal di dunia, bahkan banyak diantara pengguna Ubuntu tidak mengetahui Linux, nota bene merupakan induk dari Ubuntu itu sendiri yang diturunkan dari Debian. Tapi anehnya, mereka memakai Ubuntu sebagai sistem operasi mereka.
Instalasi Ubuntu cukup mudah dilakukan, baik oleh pengguna Ubuntu yang sudah mahir maupun pengguna yang baru mengenal Ubuntu. Secara umum Ubuntu telah sangat memudahkan pengguna. Namun terlepas dari mudahnya instalasi Ubuntu! Tidak sedikit dari pengguna  Ubuntu  mengalami kendala seperti:
1.   Sistem operasi lain nya terhapus
2.   Data hilang atau terhapus saat instalasi
3.   Lamban nya proses instalasi dan lain-lain
Tiga alasan diatas terjadi sebenarnya bukan kesalahan dari Ubuntu, melainkan murni kesalahan dari sang pengguna yang tidak secara teliti membaca petunjuk instalasi yang ditampilkan oleh Ubuntu pada saat melakukan instalasi. Berikut penjelasan dari ketiga masalah diatas

SISTEM OPERASI LAIN TERHAPUS
Untuk pengguna baru, biasanya menggunakan dua sistem operasi dalam satu komputer, seperti Windows disandingkan dengan Ubuntu, dengan terlebih dahulu Microsoft Windows di install, kemudian Ubuntu Linux menyusul. Kemungkinan terjadinya penghapusan sebuah partisi tempat sistem operasi Microsoft Windows di install sangat besar, mengingat dalam proses instalasi tersebut, Ubuntu memberikan beberapa pilihan: Apakah akan menghapus sistem operasi Microsoft Windows tersebut kemudian diganti dengan Ubuntu, atau membuat partisi lain untuk menyandingkan Ubuntu dengan Microsoft Windows. Disini seharusnya pengguna memilih pilihan yang kedua jika tidak ingin sistem operasi pertama terhapus.

DATA HILANG/TERHAPUS
Data yang tersimpan didalam hardisk tiba-tiba hilang setelah melakukan instalasi Ubuntu!. Hal ini sebenarnya terjadi karena sang user menghapus partisi tempat dimana data tersebut tersimpan. Masalah ini tidak jauh berbeda dengan terhapusnya sistem operasi seperti yang dipaparkan diatas. Ketika membuat partisi baru, hendaknya pengguna dengan teliti melihat partisi yang terpakai, agar jangan sampai terhapus atau di ubah tipenya, karena akibatnya data yang ada dalam partisi tersebut akan terhapus. Gambar dibawah ini penulis menunjukkan beberapa pilihan krusial yang harus di perhatikan dalam membuat sebuah partisi - partisi Ubuntu Linux.

LAMBAN NYA PROSES INSTALASI
Keluhan tentang lambannya proses instalasi Ubuntu. Lagi-lagi ini terjadi karena ke-tidak jelian seorang pengguna dalam memilih pilihan yang diberikan Ubuntu pada saat instalasi. Letak kesalahannya adalah pengguna kerap mencawang menu pilihan Download update while installing ataupun menu pilihan Install this third-party software,  karena jika instalasi dilakukan dengan kondisi komputer Anda sedang terhubung ke internet, maka secara otomatis Ubuntu akan melakukan update ke server repository Ubuntu. Untuk menghindari masalah ini, hendaknya jangan mencawang kedua pilihan tersebut.
KESIMPULAN
Masih banyak lagi kesalahan atau keluhan yang sering disampaikan pengguna Ubuntu. Namun tulisan diatas hanya membahas 3 hal saja, dan tentunya di lain kesempatan penulis akan mencoba mengulas keluhan lain nya, atau jika pembaca punya keluhan lain ? silahkan tuliskan di kolom komentar untuk kami ulas atau memberikan solusi.
Untuk bisa melakukan instalasi Ubuntu tidak memerlukan keahlian khusus di bidang komputer, hanya saja proses instalasi ini membutuhkan kejelian agar terhindar dari masalah-masalah diatas. Seperti yang penulis tegaskan pada paragraf awal bahwa secara umum proses instalasi Ubuntu sudah sangat dimudahkan oleh para pengembang Ubuntu.